Monday, August 14, 2006

Congratulations ; A Year Aceh Peace



Selamat Setahun Perdamaian di Aceh.

Wednesday, August 09, 2006

Chair in Chao Phraya river bank


Picture send by Germie her favourite chair in Chao Phraya river bank, Bangkok.

Tuesday, August 08, 2006

Asuransi Gempa Bumi Maipark

By Wahyuana

Pelajaran berharga dipetik oleh kalangan pelaku industri asuransi dari bencana tsunami dia Aceh dan Nias yang terjadi Desember 2004 lalu. Seperti diketahui, bencana dahsyat itu menelan korban 130 ribu orang tewas dan menghancurkan seluruh sendi kehidupan masyarakat di proinsi Aceh. Dalam kamus asuransi, bencana ini termasuk dalam polis catastrophe provinsion. Menurut data dari Departemen Keuangan, jumlah total klaim yang harus ditanggung akibat bencana ini ditaksir sebesar Rp. 100 miliar untuk asuransi sosial, Rp. 1,2 triliun untuk asuransi jiwa, dan Rp. 1,9 triliun untuk asuransi umum. Sebuah jumlah klaim asuransi yang demikian besar, yang sebelumnya tak terbayangkan sebagai resiko yang akan terjadi bagi industri asuransi di Indonesia.

Sebelum bencana tsunami, polis jaminan resiko terjadinya bencana alam dan gempa bumi memang tidak dijual sebagai produk sendiri. Asuransi bencana alam dan gempa bumi masih belum dianggap penting, sehingga biasanya diberikan secara gratis sebagai bagian dari layanan pemegang polis asuransi kebakaran. Maklum, jarang-jarang terjadi gempa bumi dan bencana dahsyat seperti yang ditimbulkan oleh bencana tsunami 1,5 tahun lalu itu.

In Japanese the article was published at JIEF Magazine

Berebut Nasabah Lewat Perang Tarif Premi

By Wahyuana

Dari sisi masyarakat (konsumen), persaingan ketat industri asuransi umum di Indonesia saat ini tentu ‘menguntungkan,’ karena persaingan menjurus ke ‘perang jor-joran’ tarif premi yang paling murah guna menarik nasabah. Menguntungkan, karena nasabah semakin membayar premi sedikit, tetapi dengan polis jaminan besar atau mendapat jaminan beragam resiko yang dijamin jadi satu.

Namun bagi kalangan industri asuransi sendiri, perang tarif premi saat ini, justru malah cukup mengkhawatirkan, karena kalau terus berlanjut, dikhawatirkan akan menghasilkan ‘blunder’ ketidakpercayaan publik sendiri terhadap industri asuransi. Semisal kalau sampai ada kasus, akibat menekan tarif premi murah, akhirnya perusahaan tidak mampu meng-cover kewajiban membayar klaim nasabah. Kalau timbul kasus semacam ini akan mendatangkan ketidakpercayaan konsumen, padahal bisnis asuransi adalah bisnis kepercayaan dan portofolio.

In Japanese the article was published at JIEF Magazine

Wajah Industri Asuransi Umum di Indonesia

By Wahyuana

Industri asuransi merupakan sektor bisnis yang masih terbuka lebar untuk masuknya investasi baru, terutama pada segmen pasar asuransi umum. Sampai saat ini tingkat penetrasi pasar diperkirakan baru sekitar 15% dari keseluruhan potensi pasar yang sesungguhnya. Perolehan premi merupakan indikator paling mudah untuk melihat pertumbuhan industri asuransi.Tahun 2005 lalu, total premi yang bisa dikumpulkan oleh sekitar 87 perusahaan asuransi umum mencapai Rp. 14,38 triliun, atau sekitar 40 persen dari total premi yang diperoleh industri asuransi secara keseluruhan yang mencapai Rp. 41 triliun. Angka perolehan premi asuransi umum ini, masih sangat kecil jika dibandingkan dengan perolehan premi asuransi jiwa yang tumbuh sekitar 20% per tahun, sedangkan pertumbuhan perolehan premi asuransi umum baru sekitar 10 % sampai 12,5% per tahun (lihat grafik 1).

Angka ini jauh masih kecil, padahal kalau melihat Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan karakteristik alamnya yang penuh resiko terjadinya bencana dan gempa bumi setiap waktu, seharusnya industri asuransi umum (non life insurance) akan mampu mengeruk keuntungan bisnis yang lebih besar.


Saat ini, dari 87 perusahaan yang bermain di segmen pasar asuransi umum, diperkirakan baru ada sekitar 60-an bentuk produk-produk asuransi umum yang ditawarkan ke pasar. Dari jumlah itu, mayoritas sekitar 38% disumbangkan dari produk-produk asuransi di bidang properti. Jadi dari total premi asuransi umum sebesar Rp. 14,38 triliun di tahun 2005 itu, sekitar Rp. 6,5 triliun disetor oleh para pemegang polis asuransi rumah, kantor atau gedung mereka. Sementara jenis asuransi kendaraan bermotor yang sebelumnya diperkirakan akan melesat naik secara tajam seiring dengan ‘bom’ pasar kendaraan bermotor terutama roda dua dalam 5 tahun belakangan ini, ternyata tidak menyumbangkan peningkatan perolehan premi secara signifikan. Segmen asuransi kendaraan bermotor diperkirakan hanya menyumbang perolehan premi sekitar Rp. 3,5 triliun per tahun.

Minimnya inovasi produk-produk di sektor asuransi umum menurut sejumlah pihak yang diwawancarai JIEF Magazine, merupakan salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan industri asuransi umum. Ini jika dibandingkan dengan produk-produk asuransi jiwa yang kian hari kian beragam dan inovatif, seperti produk inovasi asuransi jiwa unit link yang menggabungkan layanan asuransi dan investasi dalam satu paket layanan nasabah, yang sekarang ini sukses menggaet pasar dan menggelembungkan perolehan premi asuransi jiwa.

In Japanese the article was published at JIEF Magazine