Bali, Indonesia - Bali surga diving; kata-kata yang begitu sering saya dengar. Rugi kalau dalam hidup yang singkat ini, kita tidak sempat menyelami dunia bawah air Bali. Karena selain menawarkan kekayaan kehidupan bawah laut yang elok, medan penyelaman juga sangat menantang untuk petualangan. Terpengaruh dengan slogan itu. Saya pun mencobanya akhir tahun lalu. Menyelam di dua spot paling hot di Bali, yakni kawasan Nusa Penida dan Tulamben. Nusa Penida berada di perairan selatan Bali, satu gugusan dengan Nusa Centingan dan Nusa Lembongan.
Keduanya, termasuk spot paling menantang dalam peta tempat-tempat diving di Indonesia, karena bagian dalam laut Nusa Penida sering tiba-tiba berarus keras (kadang lebih dari 2 – 2,5 knot) sehingga perlu ketrampilan dan kesiapan lebih untuk mengatasinya. Hampir setiap tahun terdengar ada penyelam yang mengalami insiden kecelakaan penyelaman disini, hilang, atau terbawa arus dan kemudian terdampar jauh dari titik masuk penyelaman semula. Posisinya yang dekat dengan perbatasan perairan Australia, juga menyebabkan sering terjadi pergerakan arus bawah laut karena perbedaan suhu, sehingga suhu air kadang juga tiba-tiba menjadi sangat dingin (16 – 22 celcius). Dari Pantai Sanur, Nusa Penida bisa ditempuh sekitar 1 jam perjalanan dengan speedboat.
Pagi-pagi sekitar pukul 06.00 wib kami sudah dijemput dive operator untuk mempersiapkan diri dan peralatan. Setelah sesi sebentar untuk tanya jawab oleh pemandu selam (dive buddy) tentang pengalaman dan kemampuan kita dalam penyelaman, sekitar pukul 08.00 kami pun berangkat berlayar ke spot tujuan.
Cuaca cerah, ombak cukup tenang. Perjalanan sangat menyenangkan dengan pemandangan beberapa ekor lumba-lumba yang berenang timbul tenggelam mengikuti perjalanan. Sekitar pukul 09.00 sampailah kami di spot penyelaman pertama, Crystal Bay, Nusa Penida.
Wow, sepagi itu, tempat ini sudah seperti pasar, ada belasan kapal berlabuh berjauhan ditengah teluk Nusa Penida, semuanya membawa para turis selam.
Baru kali ini saya melihat lokasi penyelaman begitu ramai, biasanya saya hanya ke spot-spot sepi. Bali memang beda. Kami pun segera bersiap dan tidak berapa lama segera turun ke laut dengan scuba di punggung. Ada 2 orang Swiss, seorang RRC, dan 2 orang penyelam dari Jakarta dalam trip ini. Dengan dua orang buddy dive yang orang Bali asli, mereka pun terlebih dulu melakukan doa dan upacara arung sesaji sebelum penyelaman dimulai. “Agar semua lancar dan menyenangkan,” ujar Aris Wistana, buddy selam saya dari Bluefin Dive Center, sambil melepas sesaji ke laut.
Crystal Bay sungguh beda dengan spot-spot penyelaman di sekitar Kepulauan Seribu, Jakarta, hari itu jarak pandang (visibility) mencapai 20 meter, suasana di kedalaman 15 – 25 meter sangat terang, dengan banyak ikan warna warni melayang. Pasir di bawah juga sangat bersih, tidak berlumpur. Karang-karang berwarna-warni dalam keadaan sehat semua. Ini sebuah surga bawah air, dengan aneka ikan melayang diantara terumbu karang, seperti macam-macam clownfish, butterfly fish, anthias, angelfish dan lain-lain.
Tidak banyak ikan besar. Bulan Oktober ini, sesungguhnya bulan musim Mola-Mola di Crystal Bay, yang memang terkenal sebagai spot ikan Mola-mola raksasa. Namun hingga kami menunggu selama 50 menit di kedalaman 26 meter, tidak menemukan hidungnya. Kami pun segera kembali ke permukaan. Senang, penyelaman pertama bisa dilalui dengan berkesan meski tidak menemukan Mola-mola seperti yang hendak kami buru di awal trip.
Kekecewaan yang segera terobati di penyelaman kedua di spot Manta Point, Nusa Penida, sekitar 300 meter ke arah selatan dari Crystal Bay. Inilah spot penyelaman Manta Ray yang terbaik di perairan Indonesia. Belum 10 menit kami turun dari kapal, dan masih di kedalaman sekitar 10 meter, sekelompok Manta Ray raksasa berjumlah enam ekor tampak secara gagah melintas di atas kepala. Wow.. ini untuk pertama kalinya saya menemukan Ikan Pari raksasa berwarna gelap yang lebarnya hingga lebih dari 2 meter dan panjangnya sekitar 3 meter. Dunia bawah air menjadi gelap ketika kelompok Manta ini lewat.
Meski deg degan dengan kehadiran mereka yang mendominasi dan menguasai ruang bawah air, untungnya mereka sangat jinak dan tidak berbahaya. Kami pun bisa bermain-main melayang-layang diantara mereka, karena mereka bolak-balik disekitar lokasi. Dengan jarak pandang sekitar 18 meter, suhu sekitar 18 celcius, dan arus sekitar 0,5 knot saja, membuat kami bisa menikmati penyelaman dengan Manta Ray ini hingga hampir satu jam.
Penyelaman Manta Ray juga bisa ditemukan di Komodo, Derawan, Wakatobi, Bunaken, dan Raja Ampat. Namun tidak ada yang sensasional di Nusa Penida; Manta berukuran raksasa, populasi masih banyak, dan tidak terlalu sulit menemukannya. Sekitar 200 meter dari lokasi Manta Point I ini, kini juga ditemukan lokasi penyelaman manta baru, yang juga sangat menantang untuk di selami karena arus kuat, suhu dingin, dan banyak lumba-lumba di tempat sama. Hanya posisinya yang dikelilingi karang curam penuh resiko terhadap ancaman ombak besar ketika penyelam sedang berada di permukaan air.
Kami tidak jadi menyelami point ini. Dan memilih penyelaman ketiga kembali ke Crystal Bay untuk memburu keinginan melihat Mola-Mola. Sayang penyelaman ketiga ini pun tidak berhasil bertemu sang Mola-Mola. Sekitar pukul 16.00 kami pun kembali ke Sanur setelah hari itu menyelesaikan 3 kali penyelaman yang sungguh berkesan.
Hari kedua, penyelaman saya lanjutkan ke pantai Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali bagian timur. Sekitar 7 jam perjalanan dengan mobil dari Sanur. Dua situs ini, Nusa Penida dan Tulamben, adalah andalan wisata penyelaman di Bali. Ramai sekali di musim liburan. Kalau Nusa Penida menawarkan sensasi petualangan menyelam di medan menantang, Tulamben menawarkan sensasi menyelam untuk melihat bangkai kapal tenggelam USS Liberty yang kini dihuni beragam karang dan ribuan jenis ikan dengan populasi tinggi.
Bangkai kapal itu berada pada kedalaman sekitar 15 meter sehingga mudah dicapai. Di sekitar bangkai kapal USS Liberty, terdapat medan drop off yang cukup menantang untuk di selami dengan kedalaman hingga lebih 60 meter, yang seringkali dihuni ikan-ikan besar seperti hiu. Jika di Nusa Penida penyelaman harus menggunakan kapal untuk mencapai lokasi, di Tulamben penyelam cukup berjalan dari tepi pantai hingga tenggelam kedalam laut (shore dive). Hari itu kami merencanakan 2 kali menyelam di siang hari, dan sekali malam.
Menyelam di Tulamben lebih mudah daripada di Nusa Penida. Ombak tidak terlalu keras, penyelaman dari pantai mudah dilakukan.
Sebaiknya pagi-pagi sekali sudah mulai menyelam, ketika jarak pandang di dalam laut masih terang. Setelah berjalan sekitar 15 meter dari titik penyelaman awal, pada kedalaman sekitar 8 meter, akhirnya kami bisa menemukan bangkai kapal USS Liberty yang tenggelam disini sewaktu Perang Dunia II pada 1942. Kapal sungguh besar, panjang sekitar 120 meter dengan tinggi hingga kedalaman sekitar 30 meter.
Posisinya yang berada di Selat Lombok, menjadikan perairan Tulamben kaya dengan plankton yang terbawa dari arus yang bergerak antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, menjadikan situs bangkai kapal USS Liberty dihuni banyak ikan. Dari berbagai jenis clownfish, anglefish, stingray, barracuda, travelly, hiu, manta, hingga berbagai jenis nudibranch yang menempel di dinding-dinding kapal. Sangat menantang untuk obyek fotografi bawah laut, baik untuk obyek makro maupun lansekap. Salah satu situs penyelaman terbaik di Tulamben yakni situs Coral Garden (taman terumbu karang), yang terletak antara situs drop off dan bangkai kapal USS Liberty, yang juga bisa dinikmati cukup dengan snorkeling atau freediving.
Yang paling mengesankan saya di Tulamben, ketika pada
penyelaman malam hari menemukan giant moray eel, atau belut raksasa yang panjangnya lebih 3 meter dan berdiameter sekitar 20 centimeter. Membelut-belut di dinding-dinding kapal, membuat penyelaman malam menjadi sangat mencekam. Jika terganggu Moray eel juga bisa menggigit penyelam meski secara umum biasanya jinak.
Enam kali menyelam di Tulamben dan Nusa Penida
selama dua hari jalan-jalan di Bali, cukup memuaskan hasrat mengenali dunia bawah air Bali. Biayanya pun tak terlalu mahal, Rp 2.400.000 termasuk makan, guide, seluruh peralatan menyelam, dan transportasi. Cocok buat pemula hingga profesional. Selain Tulamben dan Nusa Penida, Bali memiliki banyak lokasi diving yang selalu ramai dikunjungi penyelam sepanjang tahun. Wahyuana, diver.
Keduanya, termasuk spot paling menantang dalam peta tempat-tempat diving di Indonesia, karena bagian dalam laut Nusa Penida sering tiba-tiba berarus keras (kadang lebih dari 2 – 2,5 knot) sehingga perlu ketrampilan dan kesiapan lebih untuk mengatasinya. Hampir setiap tahun terdengar ada penyelam yang mengalami insiden kecelakaan penyelaman disini, hilang, atau terbawa arus dan kemudian terdampar jauh dari titik masuk penyelaman semula. Posisinya yang dekat dengan perbatasan perairan Australia, juga menyebabkan sering terjadi pergerakan arus bawah laut karena perbedaan suhu, sehingga suhu air kadang juga tiba-tiba menjadi sangat dingin (16 – 22 celcius). Dari Pantai Sanur, Nusa Penida bisa ditempuh sekitar 1 jam perjalanan dengan speedboat.
Pagi-pagi sekitar pukul 06.00 wib kami sudah dijemput dive operator untuk mempersiapkan diri dan peralatan. Setelah sesi sebentar untuk tanya jawab oleh pemandu selam (dive buddy) tentang pengalaman dan kemampuan kita dalam penyelaman, sekitar pukul 08.00 kami pun berangkat berlayar ke spot tujuan.
Cuaca cerah, ombak cukup tenang. Perjalanan sangat menyenangkan dengan pemandangan beberapa ekor lumba-lumba yang berenang timbul tenggelam mengikuti perjalanan. Sekitar pukul 09.00 sampailah kami di spot penyelaman pertama, Crystal Bay, Nusa Penida.
Wow, sepagi itu, tempat ini sudah seperti pasar, ada belasan kapal berlabuh berjauhan ditengah teluk Nusa Penida, semuanya membawa para turis selam.
Baru kali ini saya melihat lokasi penyelaman begitu ramai, biasanya saya hanya ke spot-spot sepi. Bali memang beda. Kami pun segera bersiap dan tidak berapa lama segera turun ke laut dengan scuba di punggung. Ada 2 orang Swiss, seorang RRC, dan 2 orang penyelam dari Jakarta dalam trip ini. Dengan dua orang buddy dive yang orang Bali asli, mereka pun terlebih dulu melakukan doa dan upacara arung sesaji sebelum penyelaman dimulai. “Agar semua lancar dan menyenangkan,” ujar Aris Wistana, buddy selam saya dari Bluefin Dive Center, sambil melepas sesaji ke laut.
Crystal Bay sungguh beda dengan spot-spot penyelaman di sekitar Kepulauan Seribu, Jakarta, hari itu jarak pandang (visibility) mencapai 20 meter, suasana di kedalaman 15 – 25 meter sangat terang, dengan banyak ikan warna warni melayang. Pasir di bawah juga sangat bersih, tidak berlumpur. Karang-karang berwarna-warni dalam keadaan sehat semua. Ini sebuah surga bawah air, dengan aneka ikan melayang diantara terumbu karang, seperti macam-macam clownfish, butterfly fish, anthias, angelfish dan lain-lain.
Tidak banyak ikan besar. Bulan Oktober ini, sesungguhnya bulan musim Mola-Mola di Crystal Bay, yang memang terkenal sebagai spot ikan Mola-mola raksasa. Namun hingga kami menunggu selama 50 menit di kedalaman 26 meter, tidak menemukan hidungnya. Kami pun segera kembali ke permukaan. Senang, penyelaman pertama bisa dilalui dengan berkesan meski tidak menemukan Mola-mola seperti yang hendak kami buru di awal trip.
Kekecewaan yang segera terobati di penyelaman kedua di spot Manta Point, Nusa Penida, sekitar 300 meter ke arah selatan dari Crystal Bay. Inilah spot penyelaman Manta Ray yang terbaik di perairan Indonesia. Belum 10 menit kami turun dari kapal, dan masih di kedalaman sekitar 10 meter, sekelompok Manta Ray raksasa berjumlah enam ekor tampak secara gagah melintas di atas kepala. Wow.. ini untuk pertama kalinya saya menemukan Ikan Pari raksasa berwarna gelap yang lebarnya hingga lebih dari 2 meter dan panjangnya sekitar 3 meter. Dunia bawah air menjadi gelap ketika kelompok Manta ini lewat.
Meski deg degan dengan kehadiran mereka yang mendominasi dan menguasai ruang bawah air, untungnya mereka sangat jinak dan tidak berbahaya. Kami pun bisa bermain-main melayang-layang diantara mereka, karena mereka bolak-balik disekitar lokasi. Dengan jarak pandang sekitar 18 meter, suhu sekitar 18 celcius, dan arus sekitar 0,5 knot saja, membuat kami bisa menikmati penyelaman dengan Manta Ray ini hingga hampir satu jam.
Penyelaman Manta Ray juga bisa ditemukan di Komodo, Derawan, Wakatobi, Bunaken, dan Raja Ampat. Namun tidak ada yang sensasional di Nusa Penida; Manta berukuran raksasa, populasi masih banyak, dan tidak terlalu sulit menemukannya. Sekitar 200 meter dari lokasi Manta Point I ini, kini juga ditemukan lokasi penyelaman manta baru, yang juga sangat menantang untuk di selami karena arus kuat, suhu dingin, dan banyak lumba-lumba di tempat sama. Hanya posisinya yang dikelilingi karang curam penuh resiko terhadap ancaman ombak besar ketika penyelam sedang berada di permukaan air.
Kami tidak jadi menyelami point ini. Dan memilih penyelaman ketiga kembali ke Crystal Bay untuk memburu keinginan melihat Mola-Mola. Sayang penyelaman ketiga ini pun tidak berhasil bertemu sang Mola-Mola. Sekitar pukul 16.00 kami pun kembali ke Sanur setelah hari itu menyelesaikan 3 kali penyelaman yang sungguh berkesan.
Hari kedua, penyelaman saya lanjutkan ke pantai Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali bagian timur. Sekitar 7 jam perjalanan dengan mobil dari Sanur. Dua situs ini, Nusa Penida dan Tulamben, adalah andalan wisata penyelaman di Bali. Ramai sekali di musim liburan. Kalau Nusa Penida menawarkan sensasi petualangan menyelam di medan menantang, Tulamben menawarkan sensasi menyelam untuk melihat bangkai kapal tenggelam USS Liberty yang kini dihuni beragam karang dan ribuan jenis ikan dengan populasi tinggi.
Bangkai kapal itu berada pada kedalaman sekitar 15 meter sehingga mudah dicapai. Di sekitar bangkai kapal USS Liberty, terdapat medan drop off yang cukup menantang untuk di selami dengan kedalaman hingga lebih 60 meter, yang seringkali dihuni ikan-ikan besar seperti hiu. Jika di Nusa Penida penyelaman harus menggunakan kapal untuk mencapai lokasi, di Tulamben penyelam cukup berjalan dari tepi pantai hingga tenggelam kedalam laut (shore dive). Hari itu kami merencanakan 2 kali menyelam di siang hari, dan sekali malam.
Menyelam di Tulamben lebih mudah daripada di Nusa Penida. Ombak tidak terlalu keras, penyelaman dari pantai mudah dilakukan.
Sebaiknya pagi-pagi sekali sudah mulai menyelam, ketika jarak pandang di dalam laut masih terang. Setelah berjalan sekitar 15 meter dari titik penyelaman awal, pada kedalaman sekitar 8 meter, akhirnya kami bisa menemukan bangkai kapal USS Liberty yang tenggelam disini sewaktu Perang Dunia II pada 1942. Kapal sungguh besar, panjang sekitar 120 meter dengan tinggi hingga kedalaman sekitar 30 meter.
Posisinya yang berada di Selat Lombok, menjadikan perairan Tulamben kaya dengan plankton yang terbawa dari arus yang bergerak antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, menjadikan situs bangkai kapal USS Liberty dihuni banyak ikan. Dari berbagai jenis clownfish, anglefish, stingray, barracuda, travelly, hiu, manta, hingga berbagai jenis nudibranch yang menempel di dinding-dinding kapal. Sangat menantang untuk obyek fotografi bawah laut, baik untuk obyek makro maupun lansekap. Salah satu situs penyelaman terbaik di Tulamben yakni situs Coral Garden (taman terumbu karang), yang terletak antara situs drop off dan bangkai kapal USS Liberty, yang juga bisa dinikmati cukup dengan snorkeling atau freediving.
Yang paling mengesankan saya di Tulamben, ketika pada
penyelaman malam hari menemukan giant moray eel, atau belut raksasa yang panjangnya lebih 3 meter dan berdiameter sekitar 20 centimeter. Membelut-belut di dinding-dinding kapal, membuat penyelaman malam menjadi sangat mencekam. Jika terganggu Moray eel juga bisa menggigit penyelam meski secara umum biasanya jinak.
Enam kali menyelam di Tulamben dan Nusa Penida
selama dua hari jalan-jalan di Bali, cukup memuaskan hasrat mengenali dunia bawah air Bali. Biayanya pun tak terlalu mahal, Rp 2.400.000 termasuk makan, guide, seluruh peralatan menyelam, dan transportasi. Cocok buat pemula hingga profesional. Selain Tulamben dan Nusa Penida, Bali memiliki banyak lokasi diving yang selalu ramai dikunjungi penyelam sepanjang tahun. Wahyuana, diver.
No comments:
Post a Comment