by Wahyuana
Setelah sempat terpuruk akibat dihantam krisis ekonomi tahun 1998, kini industri mobil di Indonesia telah kembali semarak. Kalau dulu sempat turun drastis dari penjualan sekitar 390.000 unit kendaraan di tahun 1997, anjlok menjadi hanya sekitar 58.383 di tahun 1998 akibat krisis moneter. Namun, sejak tahun 2000 angka penjualan otomotif terus melonjak naik. Bahkan di tahun 2005 ini, diperkirakan akan mencapai penjualan lebih dari 600.000 unit kendaraan, -- merupakan pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara. “Bukan target jumlah yang sulit, karena sampai akhir bulan Juni sudah terjual lebih dari 300.000 unit,” ujar Bambang Trisulo, Ketua Umum Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) pada JIEF Magazine di sela-sela seminar GAE 2005.
Namun ditengah optimisme ini, Bambang Trisulo juga memperingatkan bahwa timbulnya gejolak ekonomi berupa melemahnya nilai kurs rupiah dan melonjaknya harga minyak di pasar internasional, yang terjadi sejak bulan Juli ini, dapat mempengaruhi target pasar. “Industri otomotif sangat rentan terhadap perkembangan nilai tukar rupiah, tapi kami optimis rupiah masih bisa bertahan dibawah Rp. 10.000 sehingga tidak mempengaruhi harga mobil,” ujar Bambang lebih lanjut. Melemahnya rupiah kali ini, memang tidak seperti kasus tahun 1998 lalu. Sekarang lebih karena pengaruh meningkatnya harga minyak di pasar international, sedang dulu akibat ambruknya sistem keuangan ekonomi nasional dan regional. Sehingga gejolak fluktuasi nilai rupiah kali ini hanya akan bersifat temporer.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2005 akan mencapai sebesar 5,5 persen, dengan angka pertumbuhan ini, sektor otomotif diperkirakan akan tumbuh semarak, penjualan diperkirakan akan meningkat sampai lebih dari 20 % dibandingkan dengan angka penjualan tahun 2004 (lihat Grafik 1).
Semaraknya pasar otomotif masih didominasi oleh mobil-mobil Jepang yang mengisi hampir 95% kebutuhan pasar. Mobil-mobil produk Toyota masih mendominasi . Tahun 2004, mereka menguasai 28 % persen pasar dengan penjualan 141.940 unit kendaraan dengan jenis-jenis mobil keluaran terbaru seperti Kijang Innova, Toyota Avanza, Corolla Altis, Camry, Crown, dan Vios. Toyota kijang yang sering dianggap maskot ‘mobilnya orang Indonesia’ sudah menjadi hegemoni pasar di kelas MPV (Multi Purpose Vehicle), apalagi sejak diluncurkannya versi terbaru Kijang Innova yang langsung mendapat sambutan pasar, seakan memperteguh posisi penguasaan Toyota di kelas MPV. Produk terbaru dari Toyota untuk segmen konsumsi kelas mobil murah (dibawah Rp. 100 juta) yaitu Toyota Avanza, laris manis di pasar sejak di lounching tahun lalu.
Sampai bulan Mei 2005, Toyota Astra Motor (TAM), kembali memimpin pasar otomotif Indonesia dengan angka penjualan sebanyak 75.595 unit atau menguasai 32% persen pasar dari total penjualan kendaraan bermotor secara nasional yang mencapai 246.421 unit. Kontribusi utama dari pasar non komersial berupa penjualan mobil Avanza dan Kijang. Sedang dari pasar kendaraan komersial dari penjualan truk Dyna.
Khusus untuk segmen kendaraan non komersial atau kendaraan penumpang, TAM mencatat penjualan sebesar 34.784 unit, naik 32,1 persen dibanding penjualan pada bulan yang sama tahun 2004 sebesar 26.331 unit. Di segmen ini, TAM memimpin pasar sebesar 38,6 persen (13.423 unit), disusul Honda (18 persen) dan Suzuki (17,4 persen).
Di tahun ini, Toyota meluncurkan mobil Fortuner di kelas SUV menengah yang dilounching ketika event Gaekindo Expo 2005 bulan Juli lalu, dan dalam satu bulan, dikabarkan mobil ini telah terjual 1.500 unit. Peluncuran Fortuner diarahkan untuk berkompetisi di pasar SUV yang selama ini pasarnya dikuasai oleh Honda CRV.
Mobil-mobil Mitsubishi menempati urutan kedua, tahun 2004 mereka menguasai 19% pasar dengan total penjualan sekitar 89.242 unit kendaraan. Produk-produk Mitsubishi di kelas sedan seperti Mitsubishi Grandis dan Mitsubishi Lancer cukup mendapat sambutan pasar, selain kejayaan Mitsubishi menguasai pasar kendaraan penumpang minibus. Di kuartal pertama tahun 2005 ini, Mitsubishi menguasai sekitar 17% pasar. Tahun ini Mitsubishi meluncurkan inovasi terbaru berupa sedan Mitsubishi Grandis yang lebih luxury.
Pasar di kelas MPV menjadi arena persaingan utama karena menguasai sekitar 56 % persen konsumsi pasar secara keseluruhan di Indonesia atau sekitar 87% di pasar mobil non komersial. Dominasi kelas MPV masih dikuasai oleh Toyota dan Mitsubishi. Kedua produsen ini memang kerap diidentikkan dengan simbol perintis majunya industri mobil di Indonesia. Akhir tahun 1950-an, Mitsubishi memulai kiprahnya di Indonesia dengan mengeluarkan produk mobil Mitsubishi minibus Colt T-120 yang amat populer bagi masyarakat Indonesia pedesaan sampai kini, karena selain lebih murah juga mampu menjadi mobil penumpang yang bisa mengangkut 10-15 orang--menggeser pasar mobil sedan Amerika dan Eropa yang sebelumnya telah mendominasi pasar. Demikian juga ketika di tahun 1977, Toyota mengeluarkan mobil Toyota Kijang yang yang kemudian amat populer dianggap sebagai prototipe ‘mobilnya orang Indonesia’. Kedua tonggak ini, sering dianggap merupakan titik awal majunya industri otomotif Indonesia, dan titik awal dominasi mobil Jepang di pasar Indonesia yang menggeser keberadaan mobil-mobil Eropa dan Amerika.
Astra Daihatsu Motor sampai bulan Juni 2005 membukukan penjualan sekitar 47.623 unit kendaraan. Mereka menguasai di pasar SUV medium dengan mobil Daihatsu Taruna, pasar MPV dengan mobil penumpang Zebra dan Expass, dan di segmen kelas mobil murah Daihatsu Xenia dan Ceria. Xenia sangat populer sehingga para konsumennya sampai harus indent 3-4 bulan untuk memperolehnya.
Indomobil grup yang membawahi sejumlah ATPM seperti Suzuki, Audi, Renault, Nissan, Mazda selama kuartal pertama tahun 2005, memperoleh peningkatan penjualan mobil sebesar 42,5 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2004. Angka penjualannya mencapai 42.097 unit, sementara tahun sebelumnya hanya 29.549 unit.
Peningkatan penjualan tersebut, terutama pada merek Suzuki, Nissan dan Mazda. Suzuki pada periode Januari-Mei 2005 terjual sebanyak 42.561. Peningkatan volume penjualan ini juga dialami oleh Mazda, yang sampai bulan Mei 2005 ini terjual sebesar 390 unit, naik dari periode yang sama tahun 2004 sebesar 85 unit. Sementara itu, Nissan terjual sebanyak 6.112 unit.
Peningkatan pasar Suzuki terutama di kelas MPV yakni Suzuki APV, serta penjualan kendaraan komersial seperti Suzuki Carry dan Suzuki Futura. Juga pada kelas mobil murah Suzuki Karimun. Penjualan terbesar Nissan disumbangkan oleh merek X-Trail dan Serena. Sedangkan Mazda pada sedan Tribute.
Sementara itu untuk segmen sedan, Honda masih mendominasi. Hingga April 2005, tercatat Honda City mendominasi pasar sedan sebesar 62,8 persen dengan total penjualan mencapai 3.650 unit. Sementara Honda Accord terjual sebanyak 472 unit, dan Civic sebanyak 311 unit. Sedangkan di kelas low MPV, Honda Jazz telah terjual sebanyak 9.343 unit. Honda Jazz amat populer di kalangan konsumen.
Di kelas medium SUV, New Honda CR-V terus mempertahankan prestasinya sebagai pemimpin pasar di kelasnya dengan penguasaan pangsa pasar sebesar 31 persen (751 unit). Secara keseluruhan, kuartal pertama sepanjang tahun ini New CR-V telah terjual sebanyak 3.038 unit. Sambutan juga pada Honda Stream yang laku 1.405 unit. Sementara itu, sedan Honda Odyssey sejak diluncurkan pada Janurai 2005 telah terjual sebanyak 311 unit. Secara keseluruhan sampai bulan Mei 2005, Honda telah terjual 24.781 unit. Meningkat sekitar 52,7 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.
Fenomena menarik terjadi pada perkembangan industri otomotif dari Korea seperti Hyundai dan KIA. Meskipun mobil-mobil Korea baru hadir di Indonesia mulai sekitar tahun 1999, tapi selama 5 tahun ini sudah mampu menyodok menguasai sekitar 3% pasar—data tahun 2004. Mengungguli pasar mobil-mobil produksi dari Amerika dan Eropa. Di jalan-jalan, orang-orang Indonesia semakin akrab dengan mobil-mobil seperti KIA Carens, Hyunday Atoz, Hyunday Getz, Matrix, Trajet, Tucson, Sportage, dan KIA Visto. Mobil-mobil Hyunday Atoz dan Gets sudah mulai di produksi di pabrik produksi Hyunday seluas 13 hektare di Bekasi, yang mampu berproduksi sampai 27.000 unit per tahun. “Saya selalu bilang ke produsen Korea, kalau mereka mau mengefektifkan pasarnya disini, sebaiknya mereka bikin pabrik disini dan investasi lebih banyak lagi,” ujar Bambang Trisulo, Ketua Gaikindo, pada JIEF Magazine.
Keberhasilan industri otomotif Korea menembus pasar Indonesia, karena kejelian mereka menangkap pasar di kelas ‘city car,’ yang menjadi trend penjualan mobil di Indonesia dalam 5 tahun belakangan ini. Yaitu mobil kecil yang mampu mengangkut 2-4 orang, biasanya bermesin antara 800 – 1.400 cc, irit bahan bakar dan harga biasanya dibawah Rp. 100 juta. Meningkatnya pasar ‘city car’ ini seiring dengan perkembangan kota Jakarta yang sekarang dihuni 12 juta jiwa, sehingga dibutuhkan mobil-mobil yang praktis dan mudah diajak mensiasati kemacetan, bisa diparkir ditempat sempit, dan hemat bahan bakar yang kian mahal. Pasar pembelinya, kebanyakan kalangan muda. Diperkirakan, mobil-mobil Korea, menguasai hampir 50% di pasar kelas ‘city car’. Untuk merebut ceruk pasar kawula muda yang harus hidup hemat sejak terjadi krisis moneter tahun 1998 dengan berganti kesukaan mobil pada ‘City Car.’ Visto, Getz dan Atoz harus bersaing berebut pasar city car dengan Suzuki Karimun, Daihatsu Ceria, Chevrolet Spark dan Peugeot 260.
Sedangkan Mobil-mobil dari Eropa dan Amerika menguasai sekitar 5 persen pasar. Terutama merek-merek terkenal seperti Mercedes Benz, Peugeot, Ford, Volvo, BMW yang menguasai pasar mobil kelas premium ( diatas Rp. 500 juta). Seperti Daimler Crysler Indonesia yang memproduksi Mercedes-Benz, sampai bulan Mei 2005 mendominasi penjualan untuk kendaraan sedan mewah sebesar 721 unit (60 persen). Sementara BMW terjual sebanyak 319 unit (27 persen), Audi 54 unit (5 persen), Jaguar 29 unit (2 persen), dan Volvo 72 unit (6 persen).
Namun, hegemoni mobil Eropa dan Amerika di pasar mobil kelas premium ini rawan tergeser. Mulai tahun ini, mobil resmi para pejabat tinggi Indonesia yang sejak bertahun-tahun lalu menggunakan mobil Volvo, mulai diganti dengan Toyota Camry yang harganya lebih miring, namun tidak kalah nyaman dan bergaya elegan dibanding Volvo.
Semaraknya industri otomotif ini memang didukung dengan potensi pasar di Indonesia. Dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta orang, Indonesia merupakan pasar yang menggiurkan. “Indonesia termasuk potensial market besar yang sedang tumbuh, seperti Brasil, India, Cina dan Rusia. Sehingga kami sangat perhatian,” ujar Takashi Shimodaira, executive vice president Japan Automobile Manufacturers Association, Inc. (JAMA) pada JIEF Magazine bulan Juli 2005, di sela-sela seminar GAE 2005. Tahun ini dengan perkiraan pasar sebesar 600.000 unit kendaraan, Indonesia merupakan pasar mobil terbesar di Asia Tenggara setelah Malaysia yang diperkiraankan punya potensi pasar sekitar 400.000 unit.
Cepatnya laju pertumbuhan industri otomotif mobil ini terutama semenjak dibukanya kran investasi di bidang otomotif tahun 1999, yang membolehkan para produsen otomotif menguasai sebagian besar saham perusahaan Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM). Seperti contohnya Daihatsu Motor Corp. yang sekarang menguasai mayoritas saham di PT. Astra Daihatsu Motor—produsen dan distributor mobil Daihatsu di Indonesia. Kebijakan ini ternyata mampu mendorong penggelontoran investasi dari produsen untuk memperluas produksi dan mengefektifkan pasarnya di Indonesia.
Liberalisasi kran investasi ini, turut mendorong iklim industri otomotif Indonesia ke persaingan yang tidak sekedar berkonsentrasi memenuhi kebutuhan domestik tetapi juga pasar global. Inovasi produk pun semakin semarak, menurut data Gaikindo, tiap tahun tidak kurang dari 32 jenis mobil baru di luncurkan di Indonesia sejak tahun 1999. “Penganekaragaman produk memang harus terus dilakukan agar pasar tak mudah jenuh,” ujar Soebroto Laras, boss Indomobil Group ketika di acara peluncuran buku biografinya: Soebronto Laras–Meretas Dunia Automotif Indonesia.
Prospek pasar lokal dan regional yang menjanjikan, membuat produsen pun tak hanya menjual produknya, tetapi juga mengalihkan dan mengkonsentrasikan industri pabrikasi otomotifnya ke Indonesia. Seperti Toyota yang memusatkan produksinya di kelas mobil MPV jenis Kijang Innova di pabriknya di Sunter, Jakarta Utara. “Diharapkan tidak sekedar memenuhi pasar domestik tapi juga akan diekspor ke negara lain, terutama ke Philipine, Vietnam, Afrika Selatan, Jepang, Taiwan dan Papua Nugini” ujar Juwono Andrianto, Direktur PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Tetapi Toyota juga merelokasi produksinya di kelas sedan jenis Camry, Altis, dan Vios ke Thailand.
PT. Indomobil Suzuki International juga mendapat tambahan investasi sebesar 11,5 miliar yen Jepang dari induknya Suzuki Motors Corporation (SMC) untuk menjadi mother plant (pabrik induk) produksi Suzuki APV variasi mesin 1.600 cc dan 1.500 cc. Produksi dipusatkan di Pabrik Suzuki di Tambun, Bekasi. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal, produksinya juga akan diekspor ke pasar regional Asia Tenggara, Amerika Latin dan Oceania.
“Sampai dengan April 2005, PT Indomobil Suzuki International sudah mengekspor 1.000 unit. Tahun ini kami menjadwalkan memproduksi Suzuki APV sampai 70.000 unit. Sekitar 25.000 unit untuk ekspor, sisanya untuk pasar dalam negeri,” ujar boss PT. Indomobil, Soebroto Laras.
Dengan telah dibukanya pasar bebas AFTA (ASEAN Free Trade Association) industri otomotif tak hanya berkonsentrasi pada kebutuhan domestik, tetapi terbuka pula peluang memenuhi konsumsi pasar di Asia Tenggara dengan 500 juta penduduk. Peluang ini yang menambah daya tarik perusahaan-perusahaan otomotif Jepang untuk menambah investasinya di Indonesia. Dengan AFTA, beban bea masuk impor antar sesama negara ASEAN kurang lebih hanya sekitar 5%. Tingkat perbandingan konsumsi mobil di Indonesia pun masih sangat rendah, sekitar 1 unit mobil untuk 39,8 orang, bandingkan dengan Thailand 1 unit mobil untuk 9,4 orang, sehingga seiring dengan prospek bagus perkembangan ekonomi Indonesia kedepan, pasar potensial terbuka lebar.
Menurut Hiroyuki Nakamura, Director General of Asia Office of Japan Automobile Manufacturers Association (JAMA) dalam wawancara dengan JIEF Magazine di sela-sela seminar GAE 2005, mengatakan, sampai tahun 2004, nilai investasi perusahaan-perusahaan otomotif Jepang di Indonesia sekitar US $ 372,24 juta, dengan perincian sekitar US $ 273,41 million di sektor produksi mobil dan US $ 98,83 juta di bidang industri komponen. Nilai investasi ini masih akan meningkat tahun 2005 ini, meski Nakamura belum bisa memprediksikan berapa jumlah pastinya.
Menurut Juwono Andrianto, Indonesia sebenarnya mempunyai nilai kompetitif yang lebih baik di bidang investai industri otomotif dibanding dengan negara-negara lain di ASEAN. Kecuali pasarnya yang besar dengan 230 juta penduduk, Indonesia juga kaya bahan dasar atau natural resource seperti karet dan logam, juga gaji buruh yang masih rendah dengan rata-rata pendidikan buruh yang sudah tingkat menengah keatas, kondisi sosial politik pun juga kian stabil. Namun, diakui Indonesia masih kekurangan infrastruktur untuk penunjang sarana industri seperti fasiltas jalan dan pelabuhan, pemenuhan kebutuhan energi, kebijakan yang terfokus dan pemberian insentif-insentif. Dibandingkan dengan sejumlah negara lain di ASEAN seperti Thailand yang mempunyai infrastruktur yang lebih memadai, Indonesia harus banyak berbenah diri. Demikian juga dibandingkan dengan Malaysia. Tapi pasar di kedua negara ini amat kecil dibanding dengan pasar domestik Indonesia. Philipine dan Vietnam, meski menawarkan gaji buruh yang rendah, tetapi infrastruktur industri malah lebih buruk dibandingkan Indonesia.
Peluang-peluang seperti inilah yang dilirik oleh investor otomotif Jepang untuk memperluas investasinya di bidang otomotif di Indonesia. ***
In completely the article was publised in Japanese at JIEF Magazine
5 comments:
Riska di bandung;
Maaf mas wahyu, aku mengkopi tulisan ini buat rerefensi skripsiku gpp ya.. Mungkin lain kali bs berdiskusi lebih jauh mengenai hal ini.Terima kasih.
Dear Riska,
Hehe2. honor copy right-nya dong.
wahyuana
beneran?
benerlah. gimana sih. gue tunggu ya
bisa minta data penjualan industri otomotif yang terbaru dari tahun 2005-2009? sy bth untuk tugas.tx
Post a Comment