by Wahyuana
Sejak terjadi krisis ekonomi delapan tahun lalu sampai saat ini, sektor konsumsi dan sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi pilihan favorit alternatif bagi arus penyaluran kredit perbankan nasional. Karena telah terbukti, dibanding sektor korporasi, sektor UMKM ternyata justru lebih tahan banting menghadapi krisis moneter. Pelaku usaha UMKM ternyata juga lebih tertib dan disiplin dalam mematuhi pengembalian kreditnya. Selain itu, ditengah krisis, sektor UMKM juga masih mendatangkan margin keuntungan yang tinggi.
Namun ditengah ‘krisis mini’ yang sedang membelit industri perbankan saat ini, pertumbuhan kredit perbankan tahun 2006, termasuk bagi kredit konsumsi, diperkirakan akan melambat. Diperkirakan akan tumbuh sekitar 10-15% dibanding tahun 2005, atau bahkan mungkin hanya stagnan. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, pasca krisis, pertumbuhan kredit perbankan selalu diatas 20%.
Tahun 2002 industri perbankan menyalurkan total kredit sebesar Rp. 410 triliun, atau meningkat 14,4% dibanding tahun 2001. Per Desember 2003, total kredit perbankan yang disalurkan naik lagi menjadi Rp. 477,19 triliun. Dan tahun 2004, total kredit yang disalurkan mencapai Rp. 547,5 triliun. Sedang tahun 2005 angka itu melonjak ke angka sekitar Rp. 600 triliun. Namun di tahun 2006, ditengah bayang-bayang resiko terjadinya kredit macet akibat inflasi yang tinggi dan penurunan net interest margin (NIM) akibat cost of fund yang besar, tampaknya akan membuat industri bank berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya... (more continued)
No comments:
Post a Comment