Tuesday, December 30, 2008

Jurnalisme Seluler : Pengaruh Perkembangan Telekomunikasi Seluler Terhadap Media Massa

Oleh : Wahyuana



Menurut Pak Hasnul Suhaimi, Presiden Direktur Excelcomindo Pratama, sampai pertengahan tahun 2008, jumlah nomor seluler yang beredar di Indonesia diperkirakan sudah mencapai angka lebih dari 110 juta nomor, dengan jumlah pengguna diperkirakan sudah mencapai lebih dari 90 juta orang. Dengan jumlah penduduk diperkirakan sebanyak 230 juta jiwa, maka tingkat penetrasi pengguna telepon seluler di Indonesia, pada pertengahan 2008, diperkirakan telah mencapai angka lebih dari 40 persen. Angka ini diramalkan akan secara korelasi regresional terus naik tajam mencapai 60 persen dalam 3-4 tahun kedepan. Melihat marketnya yang sedemikian besar, dunia telekomunikasi seluler menyimpan peluang pasar bisnis informasi yang menggiurkan, karena akan ada sekitar 150 juta orang pengguna telepon seluler yang akan selalu aktif.

Trend ini tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga merupakan trend perkembangan dunia telekomunikasi seluler secara global. Perkembangan dunia seluler bahkan telah mulai menciptakan suatu market bisnis media tersendiri, dimana medium dan instrumen produksinya sangat tergantung pada teknologi seluler. Para penerbit media-media tradisional seperti media cetak, radio dan televisi, dalam 5 tahun terakhir ini, tak urung juga telah melakukan lompatan penyesuaian-penyesuaian, dengan mensinergikan kecepatan bisnis informasinya dengan menggunakan teknologi telekomunikasi seluler. Sejak 5 tahun lalu, kita sudah bisa mendapatkan layanan berlangganan berita dari media cetak atau radio atau dari kantor berita dengan melalui SMS (Short Message Service) yang menggunakan teknolgi WAP ke telepon genggam kita. Sehingga kita bisa mengikuti berita dan indeks harga saham secara lebih cepat dan dari sembarang tempat.

Begitu juga dalam media elektronik, sejak beberapa tahun terakhir ini, siaran berita dan informasi dari radio dan televisi sudah dapat dinikmati secara langsung (real time) melalui telepon genggam atau handphone (HP) kita. Selain itu teknologi seluler sendiri juga telah menjadi medium media massa atau pers, yaitu sebagai sarana produksi berita (pers) yang langsung dikirimkan ke handphone. Sehingga mulai dikenal juga Seluler Newsroom, sebagai kantor produksi berita yang dikirimkan ke publik audiens-nya melalui saluran handphone.

Para reporter media online melalui internet, bahkan sekarang sudah bisa mengetik sendiri berita yang dia dapat dalam reportase, di alat handphone-nya, untuk kemudian Ia tinggal pencet tombol 'kirim' untuk bisa langsung mengirimkan berita tersebut hanya dalam hitungan beberapa detik, dan berita itu bisa langsung terpublikasikan didalam websitenya, dan kemudian bisa diakses secara global. Teknologi seluler telah berjasa mempersingkat pola kerja reporter online dalam pelaporan berita, dari cara kerja sebelumnya; dimana dulu para reporter online mesti membuat laporan dengan menelpon dulu ke newsroom, untuk kemudian laporan melalui telepon itu, akan diketik oleh reporter yang lain sebelum dipublikasikan. Para reporter online, bahkan tak hanya bisa mengirim berita berupa teks, tetapi juga bisa mengirim materi hasil reportasenya berupa suara atau video, semua proses produksi berita itu bisa dilakukan melalui telepon genggamnya yang mungil.

Sebuah penelitian dari Online Journalism Review telah menunjukkan bahwa internet dan telekomunikasi seluler telah berhasil melakukan revolusi dalam hal kecepatan waktu antara sebuah peristiwa terjadi dan waktu publikasinya di media massa. Jika pada 25 tahun lalu, jarak dari sebuah peristiwa terjadi dengan waktu publikasi, rata-rata dibutuhkan waktu 1 hari, untuk beritanya sampai kepada publik melalui media cetak atau televisi. Sekarang rata-rata hanya dibutuhkan jarak waktu antara 5 - 10 menit dari sebuah peristiwa terjadi, untuk sampai beritanya ke publik melalui media internet, radio, televisi, dan seluler newsroom. Ini berkat bantuan teknologi telekomunikasi seluler yang bisa menyediakan perangkat untuk bisa mempersingkat waktu pengiriman, format materi berita, produksi dan mekanisme publikasi berita di media massa.

Melihat pengaruhnya yang luar biasa itu, membuat telekomunikasi seluler atau disebut juga sebagai komunikasi bergerak (mobile communications), sering dianggap sebagai kekuatan renaissance bagi industri media massa. Telekomunikasi seluler akan memberikan peluang-peluang baru yang lebih menarik dan atraktif dalam industri media massa. Baik dalam proses produksi, dalam konten, dalam aspek bisnis, maupun dalam hubungan antara organisasi media dengan audiens (pembaca). Dengan teknologi komunikasi seluler, para audiens sekaligus bisa sebagai produser berita. Bahkan di dalam jurnalisme warga (citizen journalism), yang terfasilitasi dengan adanya media internet dan telepon seluler, para warga atau publik sekaligus bisa berperan sebagai wartawan dan produser berita.

Di dalam sejarah memang tak ada medium komunikasi selain telepon seluler, yang mampu sedemikian cepat berpengaruh dan merevolusi pola-pola interaksi komunikasi antar komponennya. Gutenberg memang telah sangat berjasa dalam penemuan mesin cetak yang merevolusi komunikasi manusia melalui buku dan media massa cetak. Namun telepon seluler telah merevolusi semuanya, baik teknologi maupun pola-pola hubungan interaksi.

Hal ini karena telepon seluler memiliki kelebihan-kelebihan dibanding medium-medium komunikasi media massa yang lain, diantaranya :

1. Bersifat personal, kepemilikan telepon seluler biasanya bersifat personal untuk memenuhi segala kebutuhannya. Sehingga informasi-informasi yang masuk ke etelepon seluler biasanya juga dianggap lebih personal dan ekslusif. Inilah yang membuat komunikasi melalui telepon seluler lebih mudah untuk membangun kedekatan dan bersifat komunitas.

2. Selalu mobile On, setiap orang selalu menyalakan teleponnya kemanapun dia pergi dan kapanpun. Sehingga tidak ada barrier apapun dalam soal waktu dan tempat untuk berkomunikasi.

3. Interaktif dengan media lain. Bisa digunakan interaktif dengan berbagai medium media massa lain seperti media cetak, radio, televisi, maupun internet. Apalagi dengan kecenderungan kedepan, konvergensi media akan disatukan dalam satu alat berupa telepon seluler. Sehingga dalam satu telepon seluler bisa digunakan untuk menjalankan fungsi-fungsi komputer, televisi, radio, maupun ssebagai alat komunikasi. Dengan telepon seluler, partisipasi dan interaksi antara media dan pembacanya dapat terjadi.

4. Multi tasking, dalam satu telepon seluler, sudah berhimpun berbagai fungsi-fungsi sebagai alat telepon, mesin pencari, sistem service seperti pembayaran dan pemesanan, games, buku harian, buku alamat, alat perekam suara, perekam jejak, kamera, fungsi radio, televisi, komputer, untuk mendengarkan musik, sampai editing dan perekam video. Sehingga dapat berfungsi sebagai alat produksi maupun sebagai medium media massa.

5. Mudah digunakan. Tinggal klik dan pencet tombol-tombol semua fungsi sudah bisa dijalankan.

6. Berkecenderungan untuk semakin murah. Berbagai teknologi yang digunakan semakin murah, sehingga bisa dijangkau oleh semua orang.

Sifat-sifat diatas membuat produk media massa yang dihasilkan melalui telepon seluler juga bersifat lain dibanding dengan medium lain.

Jurnalisme Seluler
Dulu, sebelum ada komputer, wartawan mempunyai sebutan yang amat romantik untuk menggambarkan keseharian kerja mereka, yaitu disebut sebagai kuli tinta. Setelah ada komputer, wartawan kemudian sering disebut sebagai kuli disket atau kuli flash disk.

Sekarang, di era kita hidup dengan teknologi telekomunikasi seluler yang serba digital, mulai ada sebutan romantik baru bagi para jurnalis yang setiap hari tak pernah berpisah dangan handphone-nya, yaitu disebut kuli seluler. Sebuah genre journalisme baru pun tumbuh seiring dengan tumbuhnya trend baru ini yaitu cell journalism atau jurnalisme seluler. Sedangkan sebutan cell journalist atau jurnalis seluler atau kuli seluler tadi, adalah sebutan bagi para pelakunya.

Secara umum jurnalis seluler atau kuli seluler adalah merujuk pada para jurnalis atau orang-orang yang bekerja untuk mengumpulkan dan memberitakan informasi kepada publik, dengan menggunakan alat berupa handphone sebagai alat memproduksi berita maupun sebagai medium penayangan berita.

Sudah jamak para jurnalis di lapangan saat ini selalu tak pernah berpisah dari handphonenya. Seakan telepon genggam sudah menjadi alat vitalnya yang tak terpisahkan. Para jurnalis radio menggunakan handphone untuk melaporkan berita secara langsung melalui suara. Jurnalis cetak menggunakan handphon untuk wawancara, mengumpulkan informasi, maupun untuk mengolah dan mengirimkan berita. Jurnalis online begitu juga, tetapi mereka biasanya langsung mempublikasikan beritanya di website dengan dikirim langsung melalui fasilitas black berry. Demikian juga para jurnalis televisi, tak pernah lepas dari handphone.

Meskipun secara umum sebutan kuli seluler adalah untuk menyebut para wartawan yang menggunakan handphonenya itu, tetapi sesungguhnya apa yang disebut Cell Journalism atau jurnalisme seluler itu merupakan sebuah konsep jurnalisme yang serius.

Cell journalist, pertama kali disebut pada July, 2005 di London, ketika terjadi peristiwa serangan terorisme di stasiun kereta api bawah tanah di kota London, Inggris. Sebutan ini ditujukkan kepada para warga biasa yang dengan sukarela memotret, merekam, dan mengambil gambar melalui handphone mereka, tentang kondisi para korban, peritiwa, dan segala keributan dalam peristiwa itu, dan mereka mengirimkannya secara sukarela ke website-website atau ke blog personal mereka sendiri, sehingga bisa diakses secara global.

Sebutan jurnalis seluler, kala itu, justru bukan diberikan kepada para reporter dan jurnalist profesional. Tetapi kepada para warga biasa itu, yang menggunakan telepon seluler mereka untuk menyebarkan berita kepada khalayak luas. Ledakan informasi yang di suplay para jurnalis seluler ini, ternyata sangat membantu kepuasan publik dalam mengetahui keseluruhan peristiwa itu secara lebih akurat dan mampu menampilkan berita dari berbagai sisi yang terjadi. Kehadiran jurnalisme seluler kala itu sangat membantu.

Seiring waktu, sebutan jurnalis seluler semakin populer. Di Inggris saat ini paling tidak ada 3 website yang secara khusus berbisnis menampung jepreten atau rekaman orang-orang biasa maupun wartawan, melalui handphone mereka, tentang berbagai hal di seputarnya, untuk dikirim ke website tersebut. Diantaranya adalah www.spymedia.com dan www.celljournalist.com yang mau membeli dengan harga sampai US $ 50 per foto atau per video rekaman biasa melalui handphone, jika materinya dianggap layak, mengandung nilai berita, atau memenuhi syarat dianggap sebagai klip berita atau sebuah tayangan dokumenter.

Cerahkan prospek bisnis jurnalisme seluler ini ? Laporan dari pengelola www.celljournalist.com para peminat bisnis ini terus menerus bertambah, sehingga diramalkan bahwa bisnis ini akan cerah dan berkembang dimasa mendatang. Seiring dengan kemajuan teknologi seluler dan jumlah pengguna handphone yang semakin besar.

Konsep yang paling penting yang ditekankan dalam jurnalisme seluler adalah adanya pelibatan dan antusiame warga untuk terlibat melaporkan dan memberitakan suatu peristiwa penting yang sedang terjadi, hal ini mirip dengan konsep citizen journalism atau jurnalisme warga di dalam media online internet.

Demassifikasi Produksi Berita


Kehadiran teknologi telekomunikasi seluler yang di Indonesia saat ini sudah sampai pada tahap penggunaan teknologi 3G dan 3,5 G di pasar, secara evolutif akan membawa perubahan pada pola-pola komunikasi dalam masyarakat. Perkembangan penggunaan telepon seluler sebagai sarana utama dalam komunikasi, yang telah menciptakan genre jurnalisme baru yaitu jurnalisme seluler, juga tak pelak akan mempengaruhi pula struktur dan pola organisasi media, dibandingkan dari era sebelumnya. Saat ini, memang belum terasa pengaruhnya secara langsung terhadap industri media massa, tapi kedepan akan banyak perubahan-perubahan yang mesti akan terjadi sebagai akibat dari kemajuan penggunaan telepon seluler yang bersifat multitasking itu.

Sebelumnya, pola-pola komunikasi massa adalah komunikasi yang bersifat mempengaruhi atau berkaitan dengan publik yang luas (massif), bersifat satu arah (tidak ada komunikasi/interaksi langsung antara para peserta-peserta komunikasi, seperti antara perusahaaan media dengan audiensnya), bersifat tidak langsung (harus melewati media perantara teknis), bersifat terbuka (ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim), serta mempunyai publik yang secara geografis tersebar dalam sebuah batasan zonasi yang tetap. Contoh media massa tersebut adalah media cetak, radio dan TV yang selama ini ini telah kita kenal.

Namun dengan adanya revolusi telepon seluler saat ini, maka konsep tentang komunikasi massa diatas mengalami revisi-revisi, khususnya dalam hal yang bersifat massif, interaksi antar peserta komunikasi dan organisasi media.

Kalau dulu, audiens media massa hanya bersifat pasif dan menunggu saja versi-versi berita yang diterbitkan atau dipublikasikan oleh organisasi media, -baik itu media cetak, televisi maupun radio—kini di dalam era jurnalisme seluler, audiens bisa secara langsung membuat sendiri berita-berita sesuai dengan versi dan konteks pengetahuan yang dia miliki. Dengan telepon seluler, kini para audiens berita adalah juga sebagai produsen berita. Para warga Inggris tak perlu harus menunggu berita dari media cetak, telvisi atau radio untuk mengetahui dan memberitakan peristiwa aksi terorisme di lingkungannya, tetapi dengan telepon seluler mereka, mereka dapat secara langsung meliput dan melaporkan peristiwa yang dia saksikan langsung itu.

Disinilah telepon seluler telah melakukan revolusi demasifikasi produksi berita. Kalau dulu berita diproduksi secara massif dan dimonopoli hanya oleh organisasi media, dan ditujukan buat konsumen secara massal, sekarang setiap pengguna handphone dapat pula berkontribusi membuat berita sesuai kebutuhan, minat, dan kepentingannya sendiri, tanpa harus disetir oleh versi dominan organisasi media. Kebenaran bukan lagi milik dan dimonopoli oleh segelintir organisasi publik yang besar dan mapan, tetapi kebenaran didapat dari berbagai interakasi publik.

Organisasi media pun akan terpengaruh, kalau dulu redaksi menjadi penguasa kebenaran atas suatu pemberitaan, sekarang, dalam era seluler, semua pengguna telepon seluler dapat memproduksi berita menurut versinya. Semua orang bisa bekerja menjadi wartawan. Disinilah yang menjadi tantangan bagi organisasi-organisasi media tradisional yang telah mapan untuk melakukan reorganisasi struktur perusahaannya.

Disisi lain juga, perkembangan telepon seluler juga memberikan peluang bagi organisai media tradisional untuk lebih mengefektifkan kinerjanya sekaligus memperluas peluang bisnis. Dengan perkembangan teknologi seluler, para reporter media semakin mudah memproses, mengumpulkan dan mengirim informasi yang dia dapat ke newsroom-nya. Dengan telepon seluler, organisasi media juga dapat memperluas audiensnya, misalnya dengan membuat layanan berita cetak melalui SMS atau siaran televisi dan radio yang bisa dinikmati melalui telepon seluler.

Menjadi tantangan bagi organisasi-organisasi media tradisional untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan perkembangan teknologi komunikasi seluler.


Prospek Bisnis Media Seluler




Sebuah lembaga riset, IMS Research, memperkirakan hampir setengah milyar orang akan menonton TV melalui telepon selular-nya pada akhir tahun 2011. Mobile digital TV melalui telepon seluler diperkirakan pada saat itu akan mengalami ‘boming’ dengan mengalami peningkatan konsumen sampai 50% per tahun sampai tahun 2015. Di Indonesia sendiri diperkirakan tingkat kepemilikan telepon seluler sendiri telah mencapai lebih dari 60% pada saat itu, atau ada sekitar 150 juta pengguna handphone. Sebuah pasar bisnis media seluler yang menggiurkan.

IMS research mengatakan, kalau mobile TV yang dikirimkan melalui jaringan data seluler, akan mengalami peningkatan kuat dan membangun kedudukan yang baik dalam pasarnya, mulai 3-4 tahun lagi. Pada saat itu, setengah dari pengakses dan pelangganan mobile TV itu, juga akan secara rutin menerima dan berlangganan videonews melalui perusahaan kantor berita mobile digital broadcast.

Pada saat itu, pasar komunikasi media massa seluler akan tumbuh. Orang menikmati dan mengandalkan perolehan informasi yang ia inginkan melalui handphone yang ia miliki, yang juga terkoneksi dengan internet dan media massa tradisional seperti televisi, radio, dan informasi dari organisasi-organisasi pemberitaan yang berbasis media cetak.

Jurnalisme seluler akan menjadi trend utama dari arus komunikasi media massa. Inilah peluang binis media yang akan kita hadapi dimasa depan, seiring dengan kemajuan telekomunikasi seluler yang semakin mendominasi semua aspek kehidupan kita. Untuk itu IMS menyarankan akar para penyedia jasa konten berita atau perusahaan-perusahaan media mulai mengorientasikan bisnisnya ke sektor ini. Memang ini bukan teknologi yang murah, untuk itu IMS mengingatkan bahwa para penyedia jasa mobile TV, video, perusahaan media dan kantor berita harus menginvestasi dana besar untuk membangun sebuah infrastruktur dan teknologi yang mampu menciptakan jangkauan yang luas sekaligus penerimaan sinyal indoor maupun outdoor yang baik.

Di Indonesia sendiri belum banyak perusahaan yang melirik bisnis pemberitaan atau pers melalui media seluler ini. Perusahan-perusahaan pers yang telah ada selama ini, sesungguhnya dapat menggandeng dan berpatungan dengan perusahaan-perusahan jasa telekomunikasi untuk menggarap segmen pasar bisnis media seluler ini.

Dari Rp. 45 trilyun belanja iklan secara nasional pada tahun 2008, ternyata hampir 58,3% masih diserap oleh industri televisi. Kemudian media massa cetak menyerap 37,5% belanja iklan itu. Sedangkan perolehan iklan radio mengkonsumsi sekitar 1,3 %. Ketiga segmen media ini masih mendominasi perolehan iklan secara nasional. Namun yang mencengangkan adalah peningkatan perolehan iklan di sektor media baru seperti internet dan media seluler yang mencatatkan perolehan iklan sampai Rp. 100 milyar selama tahun 2008. Yang meningkat hampir lebih dari 30% dari tahun sebelumnya.

Adanya kecenderungan global, terutama di Amerika Serikat dan Eropa, bahwa konsumsi media akan beralih ke sektor media baru seperti internet dan media seluler dimasa-masa mendatang, membuat perkiraan belanja iklan ke sektor internet dan media seluler di Indonesia, akan terus naik dimasa-masa mendatang.***

Keterangan : Foto-foto diambil dari materi Promo XL

3 comments:

Anonymous said...

kalau perlu materi tentang television broadcasting saya kasih gratis klik aja nama saya, untuk yang berbahasa indonesia klik http://kangandri.wordpress.com terima kasih

wahyu said...

thanks

Siswanto said...

menarik sekali. Layak dibaca peminat media