Thursday, April 08, 2010

Seni Kerajinan Topeng


Cirebon - Tari topeng tak bisa dilepaskan dari seni kerajinan topeng kayu. Di Cirebon dan Indramayu, masih banyak ditemui para pengrajin topeng ini. Di Indramayu, salah satunya Onie (28) yang bersama lima pengrajin lain mendirikan Sanggar Jakabaru di Desa Gandingan, Indramayu. “Tak hanya membuat topeng kayu yang pakem, kami juga membuat yang kreasi baru,” ujar Onie, langganan tempat Mimi Rasinah memesan topeng.

Kerajinan pembuatan topeng dipelajari Onie secara turun temurun, bapaknya Warsad (67), juga seorang dalang wayang golek dan pengrajin wayang golek yang terkenal hingga ke Jepang. “Kami membuat topeng dari bahan kayu Jaranan (Lannea grandis) yang ringan dan lentur. Kayu ini banyak didapatkan disekitar sini,” ujar Onie. Setelah ditebang dan dikeringkan, kayu itu akan dipahat dan diukir untuk membentuk topeng, sebelum kemudian dilakukan pengecatan untuk membentuk wajah topeng.

Untuk membuat sebuah topeng, menurut kepercayaan, seorang pengrajin harus melakukan ritual berpuasa dan bertapa dulu, namun kini Onie mengaku sudah tidak melakukan ritual itu lagi. Untuk membuat sebuah topeng pakem (Panji, Samba, Rumyang, Tumenggung, dan Kelana) Onie mengaku tak bisa menentukan waktu yang ia butuhkan. “Aneh. Kami sering diserang rasa tidak mood ketika membuat topeng pakem. Makanya perlu persiapan lahir batin. Bikin satu saja kadang butuh waktu tiga bulan,” ujar Onie.

Yang paling sulit membuat topeng Cirebon, menurut Onie, adalah membentuk karakter yang akan nampak dalam aura topeng. Karena aura itu biasanya muncul dari keseriusan hati sang pengrajin, dan bukan sekedar dari ketrampilan memahat saja. “Terutama pada topeng Kelana,” ujar Onie.

Ada empat aura yang akan muncul dalam setiap topeng yang dibuat, yakni Bajaj yaitu aura kasar, biasanya buah dari hasil kerja pengrajin yang asal-asalan dan dianggap tak bermutu; Ndrodos adalah topeng yang menampakkan aura lembek, hasil karya pengrajin yang masih kurang sepenuh hati; Wringet adalah topeng yang menampakkan aura pas dengan tarian, yang menunjukkan hasil kerja pengrajin yang berhasil dan berkualitas. Sedangkan Nggilap adalah aura topeng yang paling bagus, hasil kerja pengrajin paling mumpuni. “Jaman sekarang hasil terbaik pengrajin paling hanya sampai Wringet. Topeng nggilap biasanya jadi koleksi keramat,” ujar Onie.

Untuk setiap karyanya, Onie mengaku menjualnya antara Rp 750 ribu – 1,5 juta per topeng untuk pesanan galeri. Dan sekitar Rp 300 – 500 ribu per topeng untuk pesanan sanggar tari yang memesan banyak. W

Travelounge Magazine, April 2010

No comments: