Friday, February 03, 2017

Zona Arlindo, Surga Wisata Selam Unggulan Indonesia


Peta Selam Indonesia (by Wahyuana, 2016)

JAKARTA, BISNISASEAN.COM, - Pagi belum menunjuk pukul 09.00, ketika saya sampai di situs selam Crystal Bay, Nusa Penida, Bali. Setelah 1 jam menempuh perjalanan dengan perahu motor dari Pantai Sanur. Sepagi itu, akhir tahun lalu, situasi di perairan Nusa Penida sudah ramai. Nampak, ada belasan kapal wisata terapung-apung diatas laut, menunggui para tamunya yang sedang menyelami dalamnya Teluk Penida. Ketika saya pun turun menyelam, di kedalaman 20 meter, suasana bahkan lebih ramai. Saya bertemu dengan banyak penyelam dari berbagai bangsa.

Demikianlah, situasi Teluk Penida setiap hari. Ini zona selam internasional yang setiap hari dikunjungi ratusan wisatawan selam dari berbagai bangsa. “Waktu paling ramai Juli – Agustus. Selain karena musim liburan, juga musim Mola-mola,” ujar Nyoman Wisana, master selam yang menemani saya menyelam pagi itu. Mola-mola adalah salah satu ikan langka yang paling bikin penasaran penyelam di Crystal Bay. Sejak dulu, ikan unik ini memang kerap muncul di Crystal Bay. Biasanya, kehadirannya ditandai dengan suhu perairan yang tiba-tiba turun hingga dibawah 20 Celcuis. Tapi, tidak gampang juga menemuinya. Kadang muncul, kadang ditunggui berhari-hari pun tidak mau menampakkan diri. Seperti juga hari itu, saya juga tidak ditemui. Beberapa kali menyelam disini, belum pernah bertemu. 

Tapi, hari itu kedatangan saya di Nusa Penida bukan semata untuk bertemu Mola-mola. Melainkan ingin merasakan sensasi menyelam bersama arus. Arus dikenal melintas kuat di sekeliling Nusa Penida dan Nusa Lembongan. Arus ini yang membuat kedua pulau kecil di selatan Bali ini istimewa sebagai spot selam. 

Setelah turun dari perahu dengan backroll dan mengayuh kaki katak hingga kedalaman 22 meter, Nyoman Wisana mengajak saya berenang lebih ketengah teluk, mendekati jalur arus yang mengalir kuat di tengah Selat Ceningan. Arus terasa mengalir dari utara ke selatan. Benar saja, semakin berenang ketengah selat, pelan-pelan makin terasa ada dorongan arus dari arah kanan yang semakin menarik tubuh saya kedalam, sekaligus membawa tubuh melayang lebih cepat kearah tengah Selat Ceningan. 

Pada kedalaman 24 meter, saya sepenuhnya pasif saja, bergerak mengalir bersama arus yang mengalir nyaman, sekitar 1 – 2 knot. Sambil menikmati pemandangan bawah laut yang dipenuhi karang keras dan airnya bening, saya melayang terseret arus hingga sekitar 100 meter ke selatan. Sampai pemandu selam, kemudian menarik tangan saya ke atas dan lebih ke pinggir teluk, untuk menghindari tarikan arus dalam yang semakin kuat. Hanya sekitar 30 menit. Kemudian kami naik melakukan safety stop di kedalaman 4 meter, dan mengakhiri petualangan setelah dijemput perahu. 

Setelah istirahat sekitar 40 menit, kami melanjutkan perjalanan ke lokasi penyelaman kedua di situs Manta Point I. Situs ini terletak di depan tebing karang Nusa Penida timur. Ditempuh sekitar 20 menit dengan perahu motor bermesin 80 PK dari situs selam Crystal Bay. 

Berbeda dengan perairan Crystal Bay yang di permukaan nampak tenang, namun di dalamnya berarus keras. Situs Manta Point I ini justru di permukaannya yang penuh gejolak arus, yakni arus yang terbentuk dari hempasan-hempasan ombak yang membentur tebing karang Nusa Penida. 

Perlu sedikit tambahan nyali untuk berani turun menyelam disini. Suara gelegar hempasan-hempasan ombak sungguh meneror mental. Namun, meski di permukaan arus keras, di dalam arus lebih tenang. 

Seperti nama situs, ada banyak ikan pari manta tinggal disini. Juga gerombolan lumba-lumba. Setelah menunggu arus lebih tenang, akhirnya kami turun selepas makan siang. Jleb. Saya turun bersama pemandu selam, dan dua turis lain. 

Turun langsung berenang hingga kedalaman 5 meter, dan kemudian menunggu pari manta keluar. Terumbu tampak gersang saja, hanya ada beberapa gundukan karang padat Porites sp dan ikan-ikan karang kecil warna-warni. Jarak pandang perairan agak redup, 8 – 15 meter, akibat ada banyak plankton di sekitar teluk. 

Belum sampai 10 menit dibawah laut, pemandu selam menunjuk-nunjuk ada segerombolan ikan besar melayang diatas kepala saya. Wow, luar biasa. Inilah yang kami tunggu. Tiga ekor pari manta melayang-layang diatas kepala, bentangan sayapnya membuat perairan dibawah sedikit lebih gelap. Cahaya matahari terhalang bentangan sayapnya sepanjang 4 – 5 meter. Sungguh sensasional. Mereka tidak takut dengan kehadiran para penyelam. Hilir mudik dan berkeliling di sekitar kami. 

Banyaknya plankton yang terbawa arus dan terkumpul di perairan Nusa Penida timur, yang membuat ikan-ikan elegan ini betah tinggal disini. Mereka makan dengan cara menyerap dan menyaring (feeder filter) plankton-plankton yang terjaring ke dalam mulutnya yang lebar. Tubuh bagian bawah berwarna putih, sedang atasnya hitam pekat. Mereka jenis pari manta karang (reef manta ray/Manta alfredi). Menurut pemandu selam, ada sekitar 20 ekor tinggal di Manta Point I ini. Mereka tidak berbahaya. 

Dua orang turis penyelam asing yang turun bersama kami, tampak sibuk mengabadikan momen langka ini. Memang tidak selalu mudah menyelam bertemu pari manta, kadang ditunggui lama di dalam laut juga tak muncul-muncul. Beruntung, siang itu kami segera disambut.Sehingga, kedua turis itu perlu menghargainya. 

Meskipun secara umum ikan pari manta tidak berbahaya bagi manusia, tidak mau menyerang penyelam, namun pemandu selam sudah mewanti-wanti agar tidak berenang terlalu dekat ke tubuhnya. Jika merasa tertekan lingkungan, pari manta juga bisa berubah sikap menjadi agresif terhadap penyelam. 

Total, sekitar 35 menit kami berada dibawah laut. Setelah puas bermain-main dan berfoto dengan 4 ekor pari pari manta besar, kami pun satu persatu kembali ke permukaan mengakhiri penyelaman. Ketika muncul di permukaan, arus sangat besar, mengombang-ambingkan tubuh kesana-kemari, membuat kami harus berhati-hati berenang menuju kapal. Berenang dengan backroll cara terbaik mengatasi ombak permukaan yang kuat, dengan posisi BCD dikembangkan maksimal. 

Selesai Manta Point I, waktu trip kami masih tersisa banyak, sebelum jadwal pulang kembali ke Sanur. Pemandu selam kemudian menawarkan menyelam sekali lagi. Kali ini di kawasan Nusa Penida utara. Kami memilih menyelam di situs Pura Ped. Situs selam ini terletak di depan Pura Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida. Lagi-lagi ini situs selam drift dive, yakni situs menyelam bersama arus. Atraksi selam yang menyenangkan, sekaligus mendebarkan. Tampaknya, pemandu selam kami menyukai situs-situs penyelaman yang penuh tantangan. 

Benar saja, ketika kami turun di kedalaman sekitar 15 meter, arus terasa mulai menyeret tubuh saya menjauhi titik masuk. Arus sekitar 1 – 2 knot, yang terasa lembut membawa tubuh melayang bersama arus. Daya apung tubuh (bouyancy) penyelam harus bagus menyelami situs drift dive. 

Tanpa terasa, saya pun melayang hingga lebih 300 meter kearah Toyapakeh. Yang paling menyenangkan di Pura Ped, hamparan terumbu karang subur dan sangat indah di situs ini. Perairan sangat bening, bagaikan menyelam di kolam renang. Formasi karang didominasi karang ranting (Acropora cervicornis, Acropora formosa), karang meja (Acropora tabulate), karang daun (Montipora foliosa), karang otak (Favia sp), dan banyak sekali semak-semak karang lunak seperti anemon, sarcophyton, sinularia, dan lili laut. Karang terekspresi warna-warni terkena cahaya matahari.

Bibir tebal (Plectorhinchus polytaenia), Pura Ped, Nusa Penida, Bali
Ada banyak sekali gerombolan ikan karang warna-warni, seperti ikan betok, anthias, kepe-kepe, angel emperor, angel singapura, triger kembang, ikan layaran, lepu ayam, tuna, gerombolan ikan kuwe, ikan butana (dori), ikan badut (nemo), kakap merah, ekor kuning, ikan umpan, bibir tebal, baronang, moris idol, hiu karang, belut laut, penyu, dan barakuda soliter. Kami bertahan 40 menit penyelaman disini. Arus mengalir lembut, sangat menyenangkan menyelam disini. Kalau saja pemandu selam tidak mengingatkan waktu yang terbatas, mungkin saja saya sudah lupa pulang.

Arus yang mengalir kuat di sekeliling Nusa Penida dan Nusa Lembongan telah membuat destinasi ini surga penyelaman terbaik di Bali. Menawarkan panorama terumbu karang subur dan indah (seperti di situs Pura Ped, SD, Sental, Buyuk, Toyapakeh, Blue Corner, dan Manggrove); dihuni banyak ikan besar (seperti di situs Crystal Bay, Blue Corner, Manta Point I, dan Manta Point II); juga menawarkan beragam atraksi selam menarik seperti drift dive dan drift snorkeling (di hampir di semua situs selam). Ini spot penyelaman paling ramai di Indonesia, yang dikunjungi ribuan penyelam dari berbagai bangsa sepanjang tahun.

Penyelam David Pickel dan Wally Siagian dalam bukunya, Diving Bali (Periplus, 1999), mengungkap rahasia, kenapa Nusa Penida dan Nusa Lembongan menjadi surga penyelaman di Indonesia ? 

Arus Lintas Indonesia 
Menurut Pickel, ini karena letak Nusa Penida dan Nusa Lembongan yang dilewati Arus Lintas Indonesia (Arlindo). Yakni arus yang mengalir dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia melalui perairan tengah Indonesia. Arus ini terbentuk karena perbedaan tinggi permukaan air laut, 10 – 28 sentimeter, antara permukaan laut Samudera Pasifik barat yang lebih tinggi dengan Samudera Hindia timur yang lebih rendah.  

Sehingga terbentuk aliran arus antar samudera. Arus ini membawa banyak plankton dan nutrisi laut. Serta mendorong berbagai proses fisika kelautan, seperti termoklin dan upwelling, berlangsung produktif di perairan yang dilintasinya. Arus kaya nutrisi inilah yang menyuburkan terumbu karang dan membentuk spot-spot penyelaman menarik di sepanjang perairan yang dilewati. 

Menurut penelitian, volume arus ini sungguh besar. Berkisar 10 – 22 Svedrup per detik (1 Svedrup = 1 juta meter kubik air). Jika 1 Svedrup diperkirakan sebanding dengan debit air dari 1.000 Sungai Mahakam, maka ada arus mengalir dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia sebesar debit air dari 10.000 – 22.000 Sungai Mahakam per detik. Sungguh besar sekali, kan. Arus ini sebagian besar mengalir di kedalaman 300 meter kebawah, dan hanya sedikit yang terasakan pengaruhnya langsung di permukaan (zona selam). Hanya di beberapa titik, arus ini terasa hingga permukaan laut.

Arus Lintas Indonesia (Arlindo)

Menurut penelitian ilmuwan kelautan asal Amerika Serikat, Klaus Wyrtki (1957), ada 3 pintu masuk Arus Lintas Indonesia ini melalui perairan tengah Indonesia. Pertama, yakni Arus Lintas Indonesia yang mengalir dari Samudera Pasifik melalui Selat Mindanao, terus ke Laut Sulawesi, ke Selat Makassar, dan kemudian bercabang diatas dangkalan Selat Makassar; sebagian terus mengalir lurus ke Selat Lombok, dan sebagian belok kekiri mengalir ke Laut Flores, terus ke Laut Banda.

Di Selat Lombok, di depan Semenanjung Karangasem, arus ini bercabang lagi; sebagian langsung mengalir ke Samudera Hindia, sebagian lagi berbelok ke arah Selat Badung, hingga mencapai Samudera Hindia setelah mengitari pantai Nusa Penida dan Nusa Lembongan. Menurut penyelam David Pickel dan Wally Siagian, arus inilah yang menyuburkan terumbu karang di sekeliling Nusa Penida dan Nusa Lembongan. Membentuk atraksi-atraksi selam menarik, seperti drift dive dan drift snorkeling,  dan membuat destinasi ini menarik ikan-ikan besar seperti pari manta, lumba-lumba, hiu, dan mola-mola. Surga penyelaman terbaik di Bali. Termasuk spot-spot selam di Bali timur, seperti Tulamben, Amed, Padang Bai, dan Candi Dasa, yang juga memiliki terumbu karang subur dan berarus kuat. Ribuan wisatawan selam dari seluruh dunia mendatangi spot-spot ini sepanjang tahun.

Menurut hasil penelitian ekspedisi kelautan INSTANT (2003 – 2005), volume arus yang bergerak lewat pintu Selat Mindanao ini berkisar 9 Svedrup per detik. Diatas dangkalan Selat Makassar, arus terbagi 7,5 Svedrup kearah Selat Flores terus ke Laut Banda, dan sekitar 1,5 Svedrup mengalir ke Selat Lombok, yang kemudian terbagi lagi separuhnya langsung mengalir ke Samudera Hindia, dan separuhnya mengalir melintasi pantai Nusa Penida dan Nusa Lembongan.

Kedua, Arus Lintas Indonesia yang mengalir dari Samudera Pasifik melalui pintu Laut Maluku. Sebagian besar arus ini mengalir berputar kembali ke Samudera Pasifik karena terhalang adanya gugusan Kepulauan Sula. Sebagian kecil arus terus mengalir melalui celah perairan Kepulauan Banggai terus ke perairan Kepulauan Menui hingga ke perairan Buton Wakatobi; dan sebagian kecil lagi mengalir melewati Selat Lifamatola, terus ke Selat Manipa, Selat Buru, hingga Laut Banda.

Pergerakan arus ini membawa banyak plankton dan nutrisi laut. Menyuburkan terumbu karang dan membentuk destinasi-destinasi selam spektakuler seperti Morotai, Kepulauan Bangka, Selat Likupang, Lembeh, Buyat, Wakatobi, Jailolo, Ternate, Halmahera Selatan, dan Teluk Ambon. 

Ketiga, Arus Lintas Indonesia yang mengalir dari Samudera Pasifik melalui Laut Halmahera dan
Selat Dampier menuju ke Laut Seram, yang kemudian akan bercabang lagi sebagian mengalir ke Selat Manipa dan terus berujung di Laut Banda tengah, dan sebagian lagi mengalir ke perairan Misool Selatan, terus ke Cekungan Aru, perairan Fakfak, Teluk Kaimana, Teluk Triton, Kepulauan Kei, dan kemudian berkumpul di Laut Banda dengan arus dari berbagai penjuru.

Pergerakan arus ini membawa banyak ikan dan menyuburkan terumbu karang di destinasi-destinasi selam spektakuler seperti Raja Ampat, Kepulauan Misool, Halmahera Timur, Laut Seram (Pantai Ora), Teluk Triton, dan Teluk Kaimana.

Di Laut Banda, arus dari berbagai penjuru berkumpul, mendorong berbagai proses kelautan seperti termoklin, upwelling, downwelling, berlangsung produktif di Laut Banda. Menyuburkan terumbu karang dan membentuk situs-situs selam menarik di perairan Banda Neira dan Ambon. Situs Lava Flow di utara Pulau Gunung Api, Banda Neira, salah satu situs selam dengan taman karang acropora yang sangat subur, menandakan ada kehadiran Arus Lintas Indonesia di sekitar Pulau Gunung Api.

Dari Laut Banda, arus akan mengalir ke Samudera Hindia melalui 3 jalur; pertama mengalir melalui Selat Ombai, yakni selat antara Pulau Alor dengan Pulau Timor. Kedua, mengalir melalui selatan Pulau Timor untuk selanjutnya bertemu dengan Samudera Hindia melalui Cekungan Timor dan Celah Timor. Dan ketiga, mengalir menuju Samudera Hindia melalui Laut Arafura.

Pergerakan arus di Laut Flores dan Laut Banda juga mengalir ke Samudera Hindia melalui selat-selat kecil yang banyak ditemui di sepanjang Pulau Sumbawa hingga Pulau Flores, menyuburkan terumbu karang di spot-spot selam terkenal seperti Komodo, Maumere, Lembata,  dan Alor. 

Surga Wisata Selam Indonesia
Pergerakan arus besar antar samudera ini membentuk apa yang disebut Zona Arus Lintas Indonesia (lihat gambar). Surga wisata selam Indonesia. Terumbu karang di dalam zona ini rata-rata tumbuh subur; keanekaragaman karang tinggi; dihuni banyak ikan, termasuk ikan-ikan besar; menawarkan berbagai atraksi selam menantang seperti drift dive (selam arus), deep dive (selam dalam), wall dive (selam tebing), dan lain-lain; dan perairan sangat bening, jarak pandang 10 – 30 meter.

Hiu Paus (whale shark/Rhincodon typus), Kwatisore, Teluk Cenderawasih, Papua

Rasanya, dimana pun menyeburkan diri di dalam Zona Arus Lintas Indonesia, akan menemukan ekosistem terumbu karang subur. Ini jantung dari segitiga terumbu karang dunia (Triangle Coral).

Kawasan ini mencakup perairan seluas lebih 3,5 juta kilometer persegi. Dari Bali hingga Pulau-pulau kecil di Maluku Tenggara; dari perairan Sangihe Talaud hingga perairan Pulau Rote. Dari Derawan hingga Raja Ampat. Di dalam zona inilah terletak destinasi-destinasi selam spektakuler, seperti Bunaken, Derawan, Halmahera, Wakatobi, Takabonerate, Donggala, Bali, Lombok, Komodo, Maumere, Alor, Banda Neira, Ambon, Misool, Raja Ampat, dan lain-lain.

Selain dihuni ekosistem terumbu karang subur, zona ini juga rute migrasi ikan-ikan besar, seperti paus, hiu, hiu paus, lumba-lumba, pari manta, dan ikan-ikan pelagis besar lain. Ikan-ikan yang menjadi atraksi hiburan ketika kita berlayar menuju situs-situs penyelaman.

Waktu menyelam di Nusa Penida saya menemukan gerombolan lumba-lumba di situs Manta Point II. Tontonan yang juga saya temui ketika menyelam di Komodo, Alor, dan Bunaken. Mereka bergerak mengikuti rute Arus Lintas Indonesia dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia dan sebaliknya.

Di dalam Zona Arus Lintas Indonesia juga banyak ditemui biota makro endemik Indonesia, seperti kuda laut kerdil, udang anemon, hiu karpet, hiu berjalan, ikan katak ambon, gurita wonderpus, gurita cincin biru, gurita mimik, siput laut, ikan capungan banggai, ubur-ubur tanpa sengat, ikan pipa, dan lain-lain. Obyek-obyek wisata penyelaman yang paling dicari penyelam asing ketika di Indonesia.

Promosi pariwisata bahari Indonesia, khususnya wisata selam, sebaiknya mempromosikan kawasan Zona Arus Lintas Indonesia ini sebagai satu sistem biosfer kelautan, dengan berbagai keunikan dan keistimewaan yang tak akan ditemui di zona perairan lain dunia lain.

Promosi wisata selam per destinasi yang selama ini gencar dilakukan terhadap Bali, Komodo, Raja Ampat, Wakatobi, dan Bunaken, telah membuat tingkat kepadatan penyelaman yang tinggi di destinasi-destinasi tersebut. Sehingga beresiko terhadap laju kerusakan ekosistem lebih cepat. Promosi kawasan selain lebih efektif, juga akan memudahkan konservasi dan pengawasan terumbu karang di Zona Arus Lintas Indonesia. 

Pesiar Selam
Diperkirakan ada lebih 8.000 pulau besar dan kecil yang tersebar di dalam kawasan Zona Arus Lintas Indonesia ini. Lebih 98 persen merupakan pulau-pulau kecil. Salah satu ciri pulau-pulau kecil ini, biasanya tidak memiliki sungai besar, sehingga perairan sekitarnya bening, situasi yang dicari para wisatawan selam. Selain bisa ditempuh dengan wisata penyelaman berbasis darat (land-base diving), spot-spot pulau kecil ini paling ideal ditempuh dengan cara pesiar selam (diving liveaboard).

Phinisi selam Raja Ampat Explorer (Foto: reefrainforest.com)
Zona Arus Lintas Indonesia selama ini telah populer untuk wisata pesiar selam. Rute-rute pesiar selam seperti Bali – Sumbawa – Komodo – Bali; Mumere – Alor – Banda Neira – Ambon; Sorong – Raja Ampat – Misool – Sorong; keliling Taman Nasional Komodo; dan keliling Raja Ampat, selalu penuh peminat sepanjang tahun. Bahkan, pemesanan trip seringkali harus mengantri sejak setahun sebelumnya.

Ribuan pulau kecil di dalam Zona Arus Lintas Indonesia, paling ideal ditempuh dengan pesiar selam. Ini salah satu paket wisata terbaik yang dimiliki Indonesia, yang sebanding dengan brand-brand wisata terbaik Indonesia lain, seperti Borobudur, Selancar, Bromo, Bali, Komodo, dan Orangutan.

Jika pesiar selam di Thailand, Filipina, Maldives, Karibia, Laut Merah, dan Malaysia, hanya menawarkan paket-paket perjalanan jangka pendek, antara 3 – 7 hari pelayaran, paket pesiar selam di Indonesia menawarkan rute-rute pelayaran jangka panjang, antara sepekan hingga 2 pekan. Dengan total penyelaman hingga 40 - 50 kali penyelaman selama traveling. 

Bahkan, beberapa agensi menawarkan hingga sebulan pelayaran. Ribuan situs selam di pulau-pulau kecil di dalam Zona Arus Lintas Indonesia sangat ideal untuk petualangan pesiar selam rute panjang. 

Selain itu, jika wisata pesiar selam di negara lain rata-rata menggunakan yacht modern, pesiar selam di Indonesia menggunakan phinisi modern. Kapal pesiar selam yang ideal, biasanya hanya memuat 8 – 20 penyelam saja, atau sekitar 15 – 35 orang beserta seluruh kru kapal. Phinisi selam lebih sesuai untuk mencukupi kebutuhan tersebut daripada yacht. 

Dari sekitar 100 kapal pesiar selam yang beroperasi di seluruh perairan Indonesia saat ini, 95 diantaranya merupakan phinisi. Kapal-kapal tradisional berteknologi mutakhir ini, buah karya para seniman dan pengrajin kapal phinisi yang banyak ditemui di Bulukumba dan Bira. 

Sewaktu saya mengambil pesiar selam keliling Taman Nasional Komodo selama 5 hari, tahun lalu, kapal yang kami sewa yang seharusnya hanya memuat 6 orang penyelam, terpaksa harus diisi 10 orang penyelam. Keempat penyelam tambahan merupakan turis asing dari Eropa. Mereka sebelumnya membayangkan pesiar selam di Komodo bisa dilakukan dengan membeli tiket langsung, seperti trip penyelaman biasa. Setelah tahu semua trip pesiar selam penuh, dan telah dipesan jauh hari sebelum kedatangan, akhirnya para turis backpacker ini pasrah menumpang ke grup lain. 

Wisata phinisi selam otentik produk industri wisata bahari Indonesia, yang tidak ditemukan di negara lain. Selayaknya pemerintah memberikan perhatian terhadap industri ini. Tidak hanya berupa promosi. Tetapi, misalnya, dengan mempatenkan wisata phinisi selam sebagai produk wisata khas yang brand-nya dimiliki Indonesia. Kemudian juga mewajibkan kapal-kapal pesiar selam yang beroperasi di perairan Indonesia harus menggunakan kapal jenis phinisi kayu, yang dibuat para pengrajin kapal tradisional Indonesia. Sebelum phinisi selam ditiru dan menjadi trend di destinasi lain, yang biasanya selalu lebih pandai mengemasnya menjadi paket wisata yang lebih menarik lagi. 

Zona Arus Lintas Indonesia tidak hanya merupakan surga wisata penyelaman di Indonesia, tetapi juga destinasi wisata phinisi selam terbaik di dunia. Sajian otentik dari wisata bahari Indonesia. ***

Wahyuana

No comments: